Selamat datang di website KronikAku, Hubungi Kami jika ada keperluan kerjasama. Kunjungi halaman Virtual Museum untuk menjelajah ke museum favoritmu!

Kerajaan Maritim Hindu dan Buddha Indonesia






Bayangkan berjalan di Candi Borobudur atau Prambanan, peninggalan megah kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Bangunan ini mencerminkan kejayaan masa lalu dan pengaruh besar dalam sejarah. Bagaimana kehidupan masyarakat saat itu? Bagaimana agama Hindu-Buddha berkembang di Indonesia?

Sejak dulu, Indonesia menjadi jalur perdagangan penting, membawa pengaruh budaya dan agama Hindu-Buddha. Hal ini melahirkan kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan Majapahit. Bahkan, semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kitab Sutasoma pada masa Majapahit, menunjukkan warisan sejarah yang masih terasa hingga kini.

Sejarah kerajaan mengajarkan keberagaman, toleransi, dan kejayaan peradaban berbasis ilmu dan budaya. Jika Sriwijaya dan Majapahit bisa membangun kejayaan, apa peran kita dalam menjaga dan mengembangkan bangsa di era modern?

Mari kita pelajari lebih dalam tentang kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, agar kita semakin memahami sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu kita.

Kerajaan Kutai

Perkiraan Letak Kerajaan Kutai

Didirikan pada abad ke-5 M. Merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang bercorak Hindu. Terletak di Kalimantan Timur, yaitu di daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam.

Sumber sejarah: tujuh buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta. Semua prasastinya tertulis pada Yupa.

Salah satu prasasti Yupa Peninggalan kerajaan Kutai. Foto: Dok.Kebudayaan Kemdikbud RI

Kehidupan Politik dan Pemerintahan: Berdasarkan prasasti Yupa, dikisahkan raja  pertama Kutai bernama  Kudungga, beliau mempunyai putra Aswawarman (Vamsakarta: pembentuk dinasti). Aswawarman memiliki 3 orang putra, di antaranya yang terkenal adalah Mulawarman (raja yang terbesar di Kutai)

Kehidupan sosial-budaya: Sebagai negara kerajaan yang bercorak Hindu pertama, masyarakat mengenal kasta. Keluarga Kudungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta Ksatria.

Kehidupan ekonomi: Disebutkan dalam prasasti bahwa raja pernah menghadiahkan 20.000 ekor lembu kepada para kaum Brahmana. Hal demikian memberikan informasi pada kita bahwa peternakan maju, begitu pun dalam bidang pertanian. Karena Kutai terletak di tepi sungai, diperkirakan aktivitas pelayaran dan perdagangan juga berkembang dalam masyarakat. Kutai diperkirakan menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Selat Makassar, Filipina, dan China

Kerajaan Tarumanegara

(Terletak di Jawa Barat (di antara tiga daerah, Karawang-Jakarta-Bogor). Berdiri hampir bersamaan dengan kerajaan Kutai, abad ke-4 & ke-5 M)

Sumber sejarah:

  • 7 buah prasasti (Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Tugu, Lebak, Pasir Awi, Muara Cianten
  • Sumber berita Cina: musafir Fa-Hien, 414 M (adanya kerajaan bernama To-lo-mo = Tarumanegara)

Kehidupan Politik dan Pemerintahan: Rajanya yang terkenal adalah Purnawarman (penganut agama Hindu Vaisnawa). Memerintah lebih dari 22 tahun. Ia juga dikenal sebagai raja yang dekat dengan kalangan Brahmana. Berdasarkan berita Fa-Hien, Tarumanegara sudah menjalin hubungan dengan India dan Tiongkok. Dengan demikian agama Buddha pun sudah dapat dipastikan berkembang di masyarakat.

Kehidupan Sosial-budaya: Kehidupan sosial berlangsung dinamis. Penggalian Bendungan Gomati secara gotong royong (dalam Prasasti Tugu) menunjukkan bahwa kebersamaan sangat mereka junjung tinggi. Kehidupan keagamaan sudah berjalan dengan baik. Masyarakat sudah mengenal penanggalan. Raja sangat memperhatikan keberadaan kaum Brahmana karena dianggap memiliki kedudukan terhormat dan penting.

Stratifikasi Sosial masyarakat Tarumanegara, dibagi dalam 3 kelompok masyarakat, yaitu:

  • Masyarakat Pribumi
  • Masyarakat Hindu
  • Masyarakat Buddha

Kehidupan Ekonomi: Pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat. Aktivitas perdagangan pun juga telah berkembang (berdasarkan catatan Fa-Hien). 

Kerajaan Sriwijaya

Berdiri pada abad VII M. Pusat kerajaan belum dapat dipastikan, tetapi sebagian besar para ahli menerima Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya.

Sumber sejarah: Prasasti Kedukan Bukit, 605 C (683 M), Prasasti Talang Tuo, 606 C (684 M), Prasasti Kota Kapur, 608 C (684 M), Prasasti Telaga Batu, Prasasti Ligor ,755 M, Prasasti Karang Brahi, Prasasti Bukit Siguntang, Prasasti Palas Pasemah. Sumber berupa sumber berita dari Cina, Arab dan India.

Kehidupan Politik dan Pemerintahan: Awal perkembangannya Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang yang ekspansionis. Bahkan hingga Malaka, Kedah, dan Tanah Genting Kra. Tujuan utama adalah menguasai Pelabuhan Malaka yang sangat ramai yang merupakan kunci perdagangan dan pelayaran internasional. Wilayah kekuasaan juga mencakup Jambi, Bangka, dan Jawa Tengah. Raja yang terkenal adalah Balaputradewa. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mencapai jaman keemasan. Balaputradewa merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra. Sriwijaya sudah mengadakan hubungan dengan Cina. Sriwijaya juga sudah mempunyai hubungan dengan India (dalam prasasti Nalanda, prasasti dari Raja Cola).

Kehidupan Sosial-budaya: Berita I Tsing mengatakan bahwa Sriwijaya maju dalam agama Buddha, di samping itu juga berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Buddha. Jumlah pemeluk Buddha sangat banyak, mereka menerapkan cara-cara yang digunakan di India dalam mempelajari pengetahuan agama.  Sriwijaya menjadi pusat Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Mahasiswa dari luar negeri datang di Sriwijaya dulu sebelum belajar lebih lanjut ke India. Peninggalan candi di Sriwijaya terletak di Muara Takus dekat Sungai Kampar di daerah Riau.

Kehidupan Ekonomi: Kedudukan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, menjadikan Sriwijaya sebagai negara yang makmur bagi rakyatnya. Pelabuhan Sriwijaya yang banyak dilewati kapal-kapal dagang, menambah pemasukan kerajaan dari sektor pajak. Komoditas dagang utama Sriwijaya yang banyak diminati para pedagang asing adalah gading, beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, dan sebagainya.

Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno di Jawa Tengah

(Wilayah Kerajaan ini meliputi daerah Jawa Barat bagian Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta sekarang. Ibu kota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan. Ada yang menyebut Medang di Poh Pitu, Ri Medang Ri Bhumi Mataram. Daerah yang dimaksud belum jelas, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan)

Sumber Sejarah: Prasasti Canggal, 654 C (732 M), Prasasti Kalasan, Prasasti Karang Tengah, Prasasti Argopuro, Prasasti Kedu (907 M), Prasasti Mantyasih (907 M), Prasasti Wanua Tengah III (903 M), Prasasti Ligor, Prasasti Ratu Boko, Prasasti Kelurak, & Cerita Parahyangan (tentang sejarah berdirinya Mataram).

Kehidupan Politik dan Pemerintahan: Didirikan oleh Sanjaya abad ke-8 Masehi (717 M). Dilihat dari sejarah raja-raja yang memerintah, secara garis besar dibedakan menjadi dua dinasti atau wangsa besar, yaitu Dinasti atau Wangsa Sanjaya dan Dinasti atau Wangsa Syailendra. Dinasti Sanjaya adalah raja-raja yang berasal dari keturunan Sanjaya yang menganut agama Hindu. Sedangkan Dinasti Syailendra merupakan raja-raja yang memerintah Mataram yang berasal dari keturunan Raja Syailendra yang berasal dari India Selatan atau Kamboja yang menganut agama Buddha Mahayana. Antara kedua dinasti senantiasa terjadi persaingan yang menyebabkan mereka secara bergantian memerintah Mataram

Urutan Raja-Raja Mataram Berdasarkan Isi Prasasti Mantyasih dan Prasasti Wanua Tengah III

No

Nama

Naik Takhta

Wafat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11.

12.

13.

Rakai Mataram (Sanjaya)

Rakai Panangkaran

Rake Panaraban

Rake Warak Dyah Manara

Dyah Gula

Rake Garung

Rake Pikatan Dyah Saladu

Rake Kayuwangi Dyah Lokapala

Dyah Tangwas

Rake Panumbangan Dyah Dewendra

Rake Gurunwangi Dyah Badra

Rake Wungkal Humalang Dyah Jbang

Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung

 

717 M

746 M

784 M

803 M

827 M

828 M

847 M

855 M

885 M

885 M

887 M

894 M

898 M

 

746 M

784 M

803 M

-

828 M

847 M

855 M

885 M

885 M

887 M

887 M

898 M

913 M

 

Setelah Balitung, pemerintahan Mataram Lama secara berturut-turut diperintah oleh Daksa (919-924), Tulodong (919-924), dan Wawa (924-929). Pada tahun 929 pusat pemerintahan Kerajaan Mataram dipindahkan dari Jawa Tengah ke Watugaluh, Jawa Timur oleh Mpu Sendok. Pemindahan itu disebabkan adanya ancaman serangan dari Sriwijaya, wilayah Mataram sering ditimpa bencana alam terutama letusan gunung berapi, dan terjadinya wabah penyakit

Dimensi sosial-budaya: Kehidupan religius masyarakat dalam semangat agama Hindu  dan Buddha sangat dinamis  Sifat gotong royong sangat ditonjolkan. Hal itu dibuktikan  dengan dibangunnya candi-candi yang memiliki fungsi keagamaan yang mustahil terwujud tanpa adanya kerja sama. Toleransi beragama juga dijunjung tiinggi. Perbedaan agama antarmasyarakat bukan merupakan sumber perpecahan tetapi sebaliknya sebagai wahana pemersatu. Hal itu terbukti dengan adanya perkawinan antara Raja Pikatan yang Hinduis dengan Pramodawardhani yang seorang Budhis.

Kehidupan Ekonomi: Bersumber pada usaha pertanian (karena letaknya di daerah pedalaman). Dengan pertanian tersebut, tampaknya kesejahteraan masyarakat Mataram Lama sudah cukup baik. Di samping itu, Mataram Lama juga mengembangkan kehidupan maritim, yaitu dengan memanfaatkan aliran Bengawan Solo. 

Kerajaan Majapahit

Berdiri tahun 1293. Pusat pemerintahan di daerah Mojokerto, Jawa Timur dengan wilayahnya (pada masa kejayaannya) mencakup hampir semua wilyah kepulauan di nusantara.

Sumber Sejarah: Prasasti Kudadu (1216 Saka atau 1294 M), Prasasti Sukamrta (1218 Saka atau 1296 M), Kitab Negarakertagama, Kitab Pararaton, Buku-buku kidung (misalnya: Kidung Ronggolawe, Kidung Sundayana), Berita-berita Cina (seperti kitab Ying Yai Sheng Lan karangan Ma Huan, dan catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming).

Kehidupan Politik dan Pemerintahan: Raden Wijaya adalah raja pertama Majapahit (bergelar Kertarajasa Jaya Wardana, 1293-1309 M). Setelah meninggal, ia digantikan anaknya, Jayanegara  (Kala Gemet, 1309), beliau merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan (Pemberontakan Ronggolawe, Pemberontakan Lembu Sora, Pemberontakan  Nambi, Pemberontakan Kuti). Jayanegara meninggal tahun 1328  karena dibunuh Tanca (dokter istana). Pemerintahan dilanjutkan Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M) yang bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani dengan patihnya Gajah Mada (terkenal dengan Sumpah Palapa).

Hayam Wuruk, putra Tribuwana (1350-1389 M). Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai zaman keemasannya. Selama pemerintahan Hayam Wuruk  terjadi tiga peristiwa penting, yaitu: Perang Bubat tahun  1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat leluhurny,a  serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati  wafatnya Rajapadni tahun 1362. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.

Raja-raja setelah Hayam Wuruk:

  • Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M). Terjadi  perang saudara dengan Wirabhumi (disebut perang Paregreg, berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi)
  • Dewi Suhita (1429-1447 M)
  • Bhre Tumapel (1447-1451 M)
  • Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
  • Purwawisesa (1457-1467 M)
  • Pandan Salas (1467-1478 M)

Sistem Politik dan Pemerintahan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Indonesia

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, sistem pemerintahan yang dianut di indonesia adalah sistem pemerintahan desa yang di pimpin oleh seorang kepala suku dan dipilih berdasarkan kelebihan dan kekuatannya (Primus Inter Pares). Dengan masuknya pengaruh Hindu, muncul konsep dewa raja, pimpinan tertinggi dalam sebuah kelompok adalah seorang raja yang diyakini sebagai titisan atau reinkarnasi dewa (Dewa Syiwa atau Dewa Wisnu). Konsep ini melegitimasi (mengesahkan) pemusatan kekuasaan pada raja. Dari konsep ini pulalah Indonesia mulai mengenal sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan tertinggi dibantu sejumlah pejabat yang bertugas sesuai fungsinya (misalnya: urusan ketatanegaraan, agama, hukum, perpajakan, upeti, dan lain-lain).   Sebagai penguasa, raja memiliki wewenang penuh terhadap seluruh tanah di wilayah kerajaannya, sedangkan rakyat hanyalah penggarap. Rakyat juga wajib memberikan kesetiaan yang penuh terhadap titah raja, termasuk dalam membangun istana dan candi tanpa menuntut upah.

Sistem pemerintahan kerajaan pada masa kerajaan Hindu dan Buddha pada umumnya terbagi dalam beberapa bidang, yaitu bidang pertahanan atau angkatan perang, perdagangan, keuangan, urusan luar negeri, pajak, dan hukum. Jabatan-jabatan ini dapat dirangkap hanya oleh beberapa orang tergantung keinginan raja dan luasnya kerajaan. Raja adalah pimpinan tertinggi. Lembaga-lembaga pendidikan (utamanya pendidikan agama)  telah ada di Indonesia sejak periode permulaan masuknya Hindu-Buddha: Lee Kam Hing (berdasarkan sumber berita Marcopolo)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 1

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 2

Baca juga :

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
Youtube Channel Image
Lili Supriyanto Butuh dukunganmu nih, subscribe dulu dong Kakak!😄
Subscribe