Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perairan laut yang luas. Kondisi perairan laut tersebut tidak membatasi interaksi antarpulau, bahkan dimanfaatkan sebagai saluran perdagangan. Aktivitas perdagangan yang terjalin antara pulau satu dengan yang lain menimbulkan terbentuknya jaringan perdagangan nasional antarpulau di Indonesia.
Jalur Rempah di Masa Islam
Peta Jalur perdagangan di masa Islam seperti gambaran dalam Buku Summa Oriental (1512-1515) karya Tome
Pires
Rempah-rempah telah menjadi produk nusantara yang sangat penting. Bahkan sebelum zaman colonial, rempah-rempah mengundang para pedagang dari berbagai negeri yang membangun jalur dan jaringan perdagangan rempah di nsantara, termasuk pedagang muslim. Jaringan perdagangan ini mengalami pertumbuhan pesat di abad ke-13 dan ke-14.
Jalur rempah sangat berpengaruh dan berhubungan dengan perkembangan Islam nusantara. Perdagangan dengan bangsa asing mendorong terciptanya masyarakat yang terbuka dengan beragam budaya. Munculnya Islam Nusantara tak lepas dari peranan jalur rempah. Wakil Rektor I Universitas Indonesia--Abdul Haris—mengatakan ada tiga makna penting jalur rempah yang patut disorot. Pertama, bukti kemampuan nusantara dalam menjelajah dan menjadi bagian masyarakat dunia. Kedua, jalur rempah sebagai jalur kebudayaan yang mendorong interaksi antarbudaya. Ketiga, membentuk jejaring spiritual dan intelektual nusantara dengan bangsa lain.
Para pedagang dari Arab, Persia, Tiongkok, dan India melakukan kontak langsung dengan tempat-tempat penghasil rempah-rempah nusantara jauh sebelum orang-orang Eropa datang ke nusantara. Para saudagar Islam yang tadinya bertransaksi secara sendiri-sendiri akhirnya mereka berani melakukan kontak dagang dengan lebih intens karena dukungan kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di Pesisir, seperti Samudra Pasai dan Malaka.
Benteng Belgica di Pulau Banda Naira, Kepulauan Banda, Maluku, dengan latar belakang Pulau Gunung Api, Jumat (28/4). Benteng ini menjadi saksi sejarah kejayaan VOC di pulau penghasil pala tersebut. Belgica dibangun VOC pada tahun 1602 untuk memantau pergerakan kapal-kapal asing yang melalui kawasan Pulau Banda.(Kompas)
Beberapa kesultanan Islam yang memiliki peran penting terhadap keberadaan jalur rempah di antaranya:
Kesultanan Demak
Kesultanan Banten
Kesultanan Makassar
Kesultanan Ternate Tidore
Meskipun bukan daerah penghasil rempah-rempah, namun posisi Pelabuhan Demak cukup penting. Para pedagang singgah ke Demak dalam perjalanan mereka menuju Maluku untuk mencari rempah-rempah atau kembali ke Malaka. Di Demak mereka singgah untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lain. Jadilah Pelabuhan Demak menjadi bagian dari jalur rempah yang diramaikan para pedagang muslim.
Banten adalah wilayah penghasil lada yang cukup terkenal (Lampung yang merupakan penghasil lada adalah bagian dari kesultanan Banten) pada masa itu, tidak heran jika banyak kapal-kapal pedagang muslim yang singgah. Bahkan Belanda nantinya pun mendarat di Pelabuhan Banten dalam upayanya mencari rempah-rempah ke Maluku.
Kesultanan Makassar bukanlah wilayah penghasil rempah-rempah, tetapi wilayahnya berada di jalur perdagangan rempah-rempah dan pelabuhannya menjadi pelabuhan yang sering menjadi titik sentral dari pengangkutan rempah-rempah yang dibawa dari Maluku. Bahkan penguasa Makassar menyambut baik para saudagar rempah-rempah tersebut dan menyediakan pelabuhan sebagai tempat persinggahan para pedagang tersebut.
Sementara itu, Kesultanan Ternate dan Tidore merupakan penghasil cengkih dan pala terbesar di Kawasan Maluku Utara. Kesultanan lainnya adalah Bacan dan Jailoo yang pelabuhannya merupakan lokasi paling strategis dan penguasanya memiliki hubungan harmonis dengan para penguasa di Jawa. Jika Banten, Demak, dan Makassar merupakan titik simpul dari jalur rempah, Kesultanan Ternate dan Tidore merupakan titik awal dari jalur rempah.
Keuntungan dari keberadaan Jalur Rempah bagi Indonesia.
Perdagangan rempah di nusantara meninggalkan jejak peradaban yang signifikan berupa peninggalan situs sejarah, ritus budaya, hingga melahirkan beragam produk budaya yang terinspirasi dari alam nusantara yang kaya. Wakil Rektor I Universitas Indonesia (UI), Prof Abdul Haris, mengatakan terdapat tiga makna penting sejarah jalur rempah di nusantara yang benar-benar harus digarisbawahi. Pertama, jalur rempah merupakan bukti bagaimana bangsa nusantara memiliki kemampuan menjelajah dunia dan menjadi bagian dari masyarakat dunia. Kedua, jalur rempah tidak hanya berbicara tentang jalur ekonomi dan perdagangan. Akan tetapi, sudah memasuki jalur kebudayaan karena melalui jalur rempah terjadi interaksi dan dialog antarbudaya sehingga tercipta proses saling mengisi dan saling membentuk budaya antar bangsa. Ketiga, jalur rempah menjadi jalan terbentuknya jejaring spiritual dan intelektual nusantara dengan bangsa lainnya. Jalur ini memungkinkan adanya diskursus keilmuan dan keyakinan antara penduduk nusantara dengan peradaban lain sehingga ilmu pengetahuan di nusantara terus tumbuh dan berkembang.
Begitu pentingnya keberadaan jalur rempah bagi sebuah peradaban dan perkembangan perdagangan serta masyarakat. Jalur rempah bukan saja merupakan sebuah dinamika yang di masa lampau dikaitkan dengan politik, tetapi dapat menjadi sebuah dinamika yang bergerak menuju masa depan.
Lengkapi tabel berikut ini!
Bagaimana Tome Pires melalui bukunya Suma Oriental menjelaskan tentang keberadaan jalur rempah? Jelaskan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Mengapa keberadaan jalur rempah berpengaruh besar terhadap penyebaran Islam di Indonesia? Jelaskan !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Apa keuntungan bagi Indonesia menjadi bagian dari jalur rempah dunia? Jelaskan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………